cover
Contact Name
Mochamad Rochim
Contact Email
mochammad.rochim@unisba.ac.id
Phone
+6224-8508013
Journal Mail Official
yasir.alimi@gmail.com
Editorial Address
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/about/editorialTeam
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
KOMUNITAS: INTERNATIONAL JOURNAL OF INDONESIAN SOCIETY AND CULTURE
ISSN : pISSN246     EISSN : eISSN246     DOI : DOI: 10.15294/komunitas.v8i1.4516
Core Subject : Education, Social,
Di Data GARUDA saya, jurnal KOMUNITAS yang diterbitkan oleh UNNES belum terakreditasi, seharusnya sudah terakreditasi SINTA 2 sesuai data SINTA. https://sinta.kemdikbud.go.id/journals?q=komunitas
Articles 22 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas" : 22 Documents clear
TARI SEBAGAI GEJALA KEBUDAYAAN: STUDI TENTANG EKSISTENSI TARI RAKYAT DI BOYOLALI Alkaf, Mukhlas
Jurnal Komunitas Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas
Publisher : Jurnal Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskusikan tari sebagai kebudayaan. Keberadaan tari merupakan gejala yang sangat umum ditemukan dalam berbagai komunitas masyarakat. Keberadaan berbagai ragam tari pada berbagai lapisan masyarakat, sesungguhnya merupakan suatu bentuk penting kebudayaan sekaligus sosial yang menarik diteliti. Penelitian ini dilakukan  sebagi upaya memperoleh penjelasan  lebih jauh mengenai tari berdasar berbagai studi pustaka serta pengalaman penelitian dengan menggunakan data kualitatif melalui metode partisipasi observasi  terhadap keberadaan beberapa tari rakyat yang ada di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi tari, termasuk wujud teks tari ternyata senantiasa bersentuhan dengan dimensi-dimensi sosial, budaya, ekonomi, bahkan politik yang ada di sekitarnya. The objective of this study is to gain an understanding of a cultural phenomenon called dance. Until now, dance is one of the many artistic expressions, which attracted the attention of researchers, especially the social and cultural researchers. The existence of many forms of dance is a  common in many levels of communities. The existence of a wide range of dance at various levels of society indicate that dance is an important ”form of culture”. This research was carried out as efforts to obtain more detail about folk dance as culture and the research was done on the existence of folk dances that exist in the District Selo, Boyolali, Central Java. The research reveals that the existence of dance never stands alone, it always and constantly intesects with  its surrounding social, cultural, economic, and political events.
EKSPLOITASI PADA PEREMPUAN SALES PROMOTION GIRLS Afta Lestari, Nur
Jurnal Komunitas Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas
Publisher : Jurnal Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terjadi perubahan posisi perempuan yang semula hanya berada di sektor domestik, kini beralih ke sektor publik. Kondisi di perkotaan yang relatif lebih heterogen membuka peluang perempuan untuk bekerja di berbagai bidang, salah satunya adalah sales promotion girls (SPG). Dalam penelitian ini, penulis mengeksplorasi bagaimana profil SPG dan eksploitasi yang dialaminya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi dalam pengambilan datanya. Penampilan cantik dan menarik menjadi modal utama dalam pekerjaan ini. Sales Promotion Girls pada industri rokok dan minuman  berumur sekitar 21-30 tahun dengan jam kerja sekitar 5-7 jam perhari. Alasan bekerja di bidang ini adalah bahwa bidang ini merupakan pekerjaan ringan dan tidak memerlukan pendidikan yang tinggi, walaupun di sisi lain mereka hanya mendapatkan upah yang rendah. Perempuan dalam pekerjaan ini seringkali mengalami eksploitasi fisik berupa pelecehan seksual dan eksploitasi ekonomi berupa waktu kerja yang sampai malam hari dan tidak terpenuhinya hak-hak pekerja perempuan seperti faktor keselamatan dan hak untuk cuti. Dengan kondisi seperti ini, maka perlindungan terhadap perempuan bekerja pada umumnya dan sales promotion girls pada khususnya menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan.A change in economic condition in Indonesia brings about a change of woman position, from formerly domestic sector to recently public sector. Urban areas that is relatively more heterogeneous than rural ones open opportunities for women to work in various fields, one of which is sales promotion girls (SPG). In this study, the author seeks to explore the SPG profile and the exploitation they experienced. The method used in this study are qualitative approach, with observation, interviews, and documentation. The research uncovered the following facts. Beautiful and attractive appearance becomes a priority in this work. Sales promotion girls on cigarettes and beverage industry are about 21-30 years old with working hours of about 5-7 hours per day. The reason for choosing this job is that it is an easy job and does not require higher education, although the wages is low. Women in these jobs often experience physical and sexual exploitation, also  economic exploitation of labor. They have to work until very late, andand they do not have the rights of women workers such as safety and the right to have time off. Considering these conditions, the protection of working women in general and sales promotion girls in particular become very important thing that must be considered.
EKSPLOITASI EKONOMI DAN SEKSUAL PARA PENARI LENGGER Septianingsih, Eka
Jurnal Komunitas Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas
Publisher : Jurnal Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Awalnya kesenian lengger digunakan dalam upacara-upacara ritual di pedesaan serta upacara-upacara yang berkaitan dengan kesuburan. Saat ini kesenian lengger lebih mengarah pada fungsi hiburan dan komersial. Hal ini membuat penari lengger rentan terhadap eksploitasi baik secara ekonomi maupun seksual. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana bentuk pertunjukan lengger; bagaimana tanggapan masyarakat terhadap keberadaan penari lengger;  bagaimana bentuk eksploitasi yang dialami oleh penari lengger; dan apa respon penari lengger tentang tindakan eksploitasi itu. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan analisis data interpretatif. Lokasi penelitian di desa Selanegara, Sumpiuh, Banyumas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa unsur yang terkait dengan bentuk pertunjukan lengger, yaitu: pemain, gerak, iringan musik, tata rias dan busana, serta tempat pementasan. Citra negatif penari lengger biasanya diasosiakan dengan gerakan tari yang erotis sehingga dapat memancing pelecehan, seperti diraba, dicolek, dipeluk dan dicium oleh para pengibing. Bentuk eksploitasi ekonomi terjadi karena tuntutan ekonomi sehingga mendorong para penari mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang.  Perlakuan tidak senonoh dari penonton merupakan bagian dari resiko profesi yang harus dijalani. Fenomena ini diharapkan dapat mendorong masyarakat dan pemerintah untuk melindungi para pelaku kesenian dari tindakan eksploitasi.Originally lengger is performed in ceremonies and rituals in rural ceremonies associated with fertility. Currently the performance of lengger has more entertainment and commercial functions. This makes the dancers vulnerable to exploitation lengger both economically and sexually. The objectiveof this study is to explore the form of lengger show, forms of exploitation experienced by dancers lengger, and the responses of the lengger dancer towards exploitation. Research methods used are qualitative approach, with interpretive data analysis. Research was done in the village Selanegara, Sumpiuh, Banyumas. The results show that there were some elements associated with this form lengger performances, namely: players, body movement, music, makeup and fashion, as well as staging. The negative image normally rise from lengger dancer’s erotic movements, which are responded by various form,s of abuse, such as touched, poked, hugged and kissed by pengibing. Economic exploitation occurs due to the economic demands so that the dancers exploit her body to get money. Dances of Lengger are very prone to sexual and economic ebuse. This phenomenon should encourage the public and the government to rethink how to to protect the dancers from exploitation.
PERAN GANDA PEREMPUAN PEMETIK TEH Kusumawati, Yunita
Jurnal Komunitas Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas
Publisher : Jurnal Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tingkat sosial ekonomi keluarga yang rendah membuat perempuan memiliki peran ganda. Terbatasnya lapangan kerja di pedesaan, ketrampilan yang terbatas dan pendidikan yang rendah menjadikan pemetik teh sebagai pilihan pekerjaan para perempuan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan bagaimana pembagian waktu perempuan pemetik teh sebagai efek dari beban ganda dan bagaimana kondisi sosial ekonominya. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis fenomenologi. Lokasi penelitian ini adalah di desa Keteleng, Batang yang berlokasi di dekat perkebunan teh PT Pagilaran dimana  banyak perempuan desa ini yang menjadi pemetik teh. Metode observasi, wawancara, dan dokumentasi digunakan dalam pengambilan data. Validitas data dilakukan dengan triangulasi sumber dan analisis data dilakukan dengan analisis interpretatif. Penelitian ini menjelaskan bahwa perempuan dengan peran ganda, memiliki waktu domestik dan waktu publik yang berdampak dalam kehidupannya. Hal ini berpengaruh pada kondisi sosial, dimana perempuan pemetik teh tetap memiliki interaksi sosial yang baik dengan keluarga, bahkan memperluas pergaulan dengan masyarakat. Dari segi ekonomi, profesi sebagai perempuan pemetik teh tidak menaikkan kesejahteraan secara signifikan karena rendahnya upah yang diterima. Namun dengan kemandirian ekonominya, perempuan ini memiliki peran yang aktif dalam pengambilan keputusan di keluarga. Tuntutan sosial ekonomi yang dibebankan kepada perempuan ini juga mendorong masyarakat untuk tidak bertindak diskriminatif. Levels of low socioeconomic families lead women to have double roles. Limited employment opportunities in rural areas, limited skills and low education make tea picking as the most possible work for women. The objective of this study is to describe the time division of women tea pickers and their social and economic conditions. The study used a qualitative approach and specifically phenomenology. The study site is in the village Keteleng, Batang, located near the tea plantation PT Pagilaran where many women of this village became tea pickers. Observation, interviews, and documentation were used in data collection. The validity of data is done by triangulation of data sources and analysis was conducted by interpretative analysis. This study explains that women has multiple roles in domestic and public, and this has impact in their life. The tea pickers women still have good social interactions with family, and even expanding relationships with the community. In terms of economics, the profession as a tea picker does not significantly raise the women’s welfare because of low wages they receive. But with economic independence that they gain as tea leaves pickers, these women have an active role in decision-making in the family. This socio-economic demands shouldered upon these women also reduce levels of discrimination.
PERNIKAHAN DINI, PERCERAIAN, DAN PERNIKAHAN ULANG: SEBUAH TELAAH DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI -, Suhadi
Jurnal Komunitas Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas
Publisher : Jurnal Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan penelitian sosiologis dan antropologis tentang pernikahan dan perceraian dengan menggunakan perspektif komprehensif. Penelitian yang sudah ada tentang pernikahan dini, perceraian, dan pernikahan ulang dianalisi dan dikelompokkan dalam perpektif fungsional, perspektif konflik, dan perspektif interaksionisme simbolik ini.Penelitian dilakukan terhadap 12 judul penelitian pernikahan dini, 10 judul penelitian perceraian, dan 3 judul penelitian pernikahan ulang. Fenomena pernikahan dini, perceraian dan nikah ulang ternyata memiliki relasi kompleks terhadap kehidupan sosial. Relasi tersebut diantaranya; beragamnya realitas sosial yang melahirkan perceraian, perceraian untuk meraih kekuasaan, terdapat redefinisi bahwa perceraian itu pilihan rasional. Perpektif sosiologi yang sering digunakan dalam penelitian perkawinan dan perceraian adalah perspektif fungsional dan perspektif konflik, diperlukan kajian dengan pendekatan interaksionisme simbolik untuk menghasilkan nuansa baru dalam kajian perkawinan.The objective of this study is to map the existing sociological and anthropological researches about marriage and divorce using a comprehensive perspective. Existing research on early marriage, divorce, and remarriage are analyzed and grouped into functional perspective,  conflict perspective and  symbolic interactionist perspective. Twelve research reports on early marriage, 10 research  titles on divorce and 3  titles on remarriage are analysed. The phenomenon of early marriage, divorce and re-marriage appears to have a complex relationship to social life. The relationship for exampple include the diverse factors that contribute to divorce, the use of divorce to gain power, the redefinition of divorce as rational choice and so on. Sociological perspective often used in the study of marriage and divorce is a functional and conflict perspective. It is necessary to study the symbolic interactionism approach to produce a new nuance in the study of marriage.
DARI MIYANG KE LONGLENAN : PENGARUH JARINGAN SOSIAL PADA TRANSFORMASI MASYARAKAT NELAYAN Dwi Harini, Novi
Jurnal Komunitas Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas
Publisher : Jurnal Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stereotip masyarakat miskin umumnya melakat bagi masyarakat wilayah pesisir pantai di Indonesia. Akan tetapi stereotip itu tidak berlaku bagi Masyarakat Desa Suradadi. Tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Suradadi cukup tinggi. Hal ini sebabkan karena adanya proses transformasi masyarakat dari miyangan (nelayan tradisional) ke longlenan (nelayan moderen). Proses transformasi tersebut dipengaruhi oleh adanya peran serta jaringan sosial yang ada di masyarakat pesisir Desa Suradadi. Dalam penelitian ini penulis mengeksplorasi alasan yang melatar belakangi nelayan miyangan beralih ke longlenan, peran jaringan sosial terhadap akses kerja para calon nelayan longlenan, dan perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Subjek penelitian adalah nelayan (longlenan). Hasil penelitiannya adalah bahwa factor ekonomi, prestise, keinginan untuk melihat dunia luar merupakan dasar keputusan menjadi nelayan longlenan. Jaringan sosial yang digunakan nelayan longlenan adalah dengan berbagi informasi dan keberadaan broker. Dampak adanya nelayan longlenan adalah perubahan ekonomi, penghargaan sosial yang lebih tinggi terhadap profesi longlenan, perubahan gaya hidup, perubahan relasi dan nilai dalam keluarga, serta tranformasi profesi. Stereotypes as being impoverished are often attached to the inhabitants of coastal areas in Indonesia. But the stereotypes cannot be applied to the residents of Suradadi village where the villagers are quite prosperous. The economic advancement occurs in the village follows the transformation of fishing methods from miyangan (traditional fisherman) to longlenan (modern fisherman). The transformation is influenced by role of social networks that exist in the coastal village communities Suradadi. In this research, the author examines the roots of transformation from miyangan to longlenan, the role of social networks, and the social changes following the transformation in the community. The research use qualitative method. The study found that that the economic factor, prestige, a desire to see the outside world is the basis of transformation from miyangan to longlenan. To be longlenan, fishermen use social networks by sharing information and by being a broker. The impact of longlenan fishing is economic changes, higher social status of longlenan fishermen and the changes of lifestyle, family relationships and values
KAJIAN STRATEGI ADAPTASI BUDAYA PETANI GARAM Pri Haryatno, Dhedy
Jurnal Komunitas Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas
Publisher : Jurnal Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bledug Kuwu merupakan fenomena semburan lumpur yang mengandung garam sehingga dimanfaatkan sebagai garam dapur. Profesi sebagai pembuat garam dapur yang dilakukan penduduk sekitar dalam sepuluh tahun terakhir ini telah mengalami penurunan cukup drastis yaitu dari seratus orang pada tahun 2000 menjadi hanya enam orang pada tahun 2010. Dalam penelitian ini penulis menggambarkan strategi adaptasi budaya petani garam. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif serta teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Lokasi penelitian adalah di desa Kuwu, Grobogan. Hasil penelitian menunjukkan adanya permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh petani garam yakni perubahan cuaca yang tidak menentu, kondisi lumpur yang selalu berubah, dan karakteristik air garam. Untuk menghadapi problem lingkungan, petani garam melakukan adaptasi kultural yaitu menghindari bahaya yang ada di lingkungan. Selain itu, petani juga memiliki keterbatasan dalam teknologi pembuatan garam. Juga ditemukan perubahan teknologi yang digunakan dalam pembuatan garam seperti klakah, blonjong, siwur, kepyur, payon, ember, dan kerik juga harus dilakukan. Ada juga upaya lain antara lain melalui perilaku penimbunan garam, membuat peralatan pembuat garam sendiri, dan mencari pekerjaan sambilan lain yang dapat menjadi alternatif pemenuhan ekonomi warga. Sementara itu dukungan secara moral dan material dari pemerintah juga sangat dinantikan.Bleduk Kuwu is a salt mudflow phenomena in Kuwu Grobogan that can processed into table salt. Profession as salt makers in the last ten years has decreased quite dramatically, from a hundred people in 2000 to just six people in 2010. The objective of this study is to explore the adaptation strategy of the salt peasant in Kuwu Grobogan. In this study, the author uses a qualitative approach to its base, with observation techniques, interviews, and documentation in its data collection. The research found that the challange of salt farmers are environmental problems, which include erratic weather changes, the ever-changing sludge conditions, and characteristics of salt water. To deal with environmental problems, salt farmers adapt culturally to avoid the dangers that exist in the environment. Changes in technology used in the manufacture of salt as klakah, blonjong, siwur, kepyur, payon, buckets, and kerik is also observed. There are also other strategies, which include salt buildup, making their own salt-making equipment, and look for other jobs for economic fulfillment. Meanwhile, the moral and material support from the government is also highly needed.
DILEMA KEBERADAAN SEKTOR INFORMAL Sulistyo Rini, Hartati
Jurnal Komunitas Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas
Publisher : Jurnal Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagai sistem ekonomi alternatif, keberadaan sektor informal mengundang pro dan kontra. Peranannya yang signifikan sebagai katup pengaman ekonomi nasional belum diimbangi dengan proteksi atau perlindungan dari pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah membahas peran sektor informal dalam mengatasi masalah sosial ekonomi masyarakat dan dilema yang dialami oleh sektor informal dalam menjalankan perannya tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat peran sektor informal pada bidang ketenagakerjaan dan penyerapan angka pengangguran. Sektor formal dianggap tidak mampu menyediakan kesempatan kerja untuk seluruh lapisan masyarakat, apalagi mereka yang ada pada posisi marjinal. Pada beberapa kasus-khususnya yang berhubungan dengan sektor informal perkotaan perlakuan dan kebijakan negara menjadi sangat diskriminatif karena seringkali berhadapan dengan kebijakan negara yang bahkan berakhir dengan kekerasan.  Perlindungan terhadap sektor informal salah satunya adalah pada pedagang kaki lima di Surakarta.  Kota ini menjadi contoh representatif dalam pengorganisasian kepentingan  pemerintah  dan pedagang kaki lima. Ini dapat menjadi inspirasi positif bagi penanganan sektor informal di tempat yang lain untuk memperluas lapangan kerja bagi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan sosial. As an alternative economic system, the existence of informal sector invites pros and cons. The significant role of informal sector as a safety valve of the national economy has not been matched by government with the protection or support The objective of this study is to discuss the role of the informal sector in addressing social and economic issues, and the dilemma faced by the informal sector in carrying out this role. The results of this study shows that there is an important role of the informal sector in the field of employment and unemployment absorption. The formal sector is not considered able to provide job opportunities to all levels of society, especially those in marginal positions. In some cases, particularly with regard to the urban informal sector-treatment and state policy became very discriminatory because often faced with state policies and even lead to violence. The protection of the informal sector one is on street vendors in Surakarta. The city is become representative example in organizing between the government’s interest and street vendors. It can be a positive inspiration for handling informal sector in other places to expand employment opportunities for the community and increase social welfare.
EKSPLOITASI ANAK JALANAN SEBAGAI PENGAMEN DAN PENGEMIS DI TERMINAL TIDAR OLEH KELUARGA Yuniarti, Ninik
Jurnal Komunitas Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas
Publisher : Jurnal Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fenomena anak jalanan ada di kota-kota di seluruh Indonesia, seperti halnya fenomena anak jalanan di terminal Tidar Kota Magelang. Dalam penelitian ini penulis mengkaji bagaimana profil anak jalanan di terminal Tidar Kota Magelang, bagaimana eksploitasi keluarga terhadap anak jalanan tersebut dan bagaiamana kebijakan Pemerintah Kota Magelang untuk mengatasi masalah anak jalanan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak jalanan di Terminal Tidar berasal dari keluarga miskin dan pendidikan rendah, bentuk eksploitasi keluarga terhadap anak jalanan tersebut adalah menjadikan mereka sebagai pengemis dan pengamen. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan anak jalanan, tetapi hasilnya belum maksimal.Street child phenomenon exist in cities through out Indonesia like street child phenomenon in Tidar bus terminal Magelang. The purpose of this study is to explore the profiles of street children in Tidar Terminal, the exploitation of family upon these children and  the policies of the city government to engage these street children. Research methods used are observation, interviews, and documentation. Research shows that the street children in Terminal Tidar originateds from poor families and education lower. The explotation by family that they experience include the family’s demands to the children be street singers and beggar. The government has done many efforts to resolve the problem children street but there are no maximum results in overcoming street children phenomenon.
RELEVANSI KURIKULUM PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI DENGAN KEBUTUHAN MENGAJAR GURU SMA Rochana, Totok
Jurnal Komunitas Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas
Publisher : Jurnal Komunitas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Materi pembelajaran  Sosiologi dan Antropologi yang diajarkan di SMA senantiasa mengalami perubahan. Sementara  kurikulum Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES tidak banyak mengalami perubahan. Dalam penelitian ini, penulis membahas bagaimana relevansi antara Kurikulum Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES dengan kebutuhan mengajar bagi guru Sosiologi dan Antropologi SMA Negeri di Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan  bersifat kasus, pengumpulan data menggunakan metode wawancara tertutup dan terbuka, dan analisis data  menggunakan metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian  disimpulkan bahwa kurikulum  Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES, masih relevan dengan materi pembelajaran Sosiologi dan Antropologi yang diajarakan di SMA. Saran yang diajukan adalah: perlu diselenggarakan penataran-penataran/diklat-diklat peningkatan penguasaan materi pembelajaran Sosiologi dan Antropologi bagi guru-guru Sosiologi dan Antropologi yang bukan berlatar belakang Pendidikan Sosiologi dan Antropologi. Pengangkatan CPNS Guru Sosiologi dan Antropologi perlu diprioritaskan dari lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi. Pengembangan kurikulum Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi tetap mengacu pada relevansinya dengan kebutuhan di lapangan.Sociology and Anthropology instructional materials taught in high school are constantly changing, though the curriculum of Sociology and Anthropology FIS Unnes does not change much. In this study, the author discusses the relevance of the curriculum of Sociology and Anthropology of Education Unnes FIS to the needs of teaching for teachers of Sociology and Anthropology Senior high school in Central Java. The method used in this study is a qualitative approach using descriptive methods. Based on the results of the study it is concluded that the curriculum of Sociology and Anthropology Unnes FIS is still relevant to the needs of Sociology and Anthropology classes at the high school. The suggestions are: to be held refresher courses for teachers, upgrading courses  for miss match teachers. The selection of teachers of Sociology and Anthropology should be prioritized from the alumni of sociology and anthropology department and the development of Educational Studies Program curriculum of Sociology and Anthropology should refer to the relevance and needs on the ground.

Page 1 of 3 | Total Record : 22


Filter by Year

2012 2012


Filter By Issues
All Issue Vol 15, No 1 (2023): March Vol 14, No 2 (2022): September 2022 Vol 14, No 1 (2022): March 2022 Vol 14, No 2 (2022): September Vol 13, No 2 (2021): September 2021 Vol 13, No 1 (2021): March 2021 Vol 12, No 2 (2020): September 2020 Vol 12, No 1 (2020): March 2020 Vol 12, No 2 (2020): September Vol 12, No 1 (2020): March Vol 11, No 2 (2019): September 2019 Vol 11, No 1 (2019): March 2019 Vol 11, No 1 (2019): Komunitas, March 2019 Vol 11, No 2 (2019): September Vol 10, No 2 (2018): Komunitas, September 2018 Vol 10, No 2 (2018): September 2018 Vol 10, No 1 (2018): Komunitas, March 2018 Vol 10, No 1 (2018): March 2018 Vol 10, No 1 (2018): Komunitas, March Vol 9, No 2 (2017): September 2017 Vol 9, No 2 (2017): Komunitas, September 2017 Vol 9, No 1 (2017): Komunitas, March 2017 Vol 9, No 1 (2017): March 2017 Vol 9, No 1 (2017): Komunitas, March 2017 Vol 8, No 2 (2016): Komunitas, September 2016 Vol 8, No 2 (2016): September 2016 Vol 8, No 2 (2016): Komunitas, September 2016 Vol 8, No 1 (2016): Komunitas, March 2016 Vol 8, No 1 (2016): Komunitas, March 2016 Vol 8, No 1 (2016): March 2016 Vol 7, No 2 (2015): Komunitas, September 2015 Vol 7, No 2 (2015): Komunitas, September 2015 Vol 7, No 2 (2015): September 2015 Vol 7, No 1 (2015): Komunitas, March 2015 Vol 7, No 1 (2015): March 2015 Vol 7, No 1 (2015): Komunitas, March 2015 Vol 6, No 2 (2014): Komunitas, September 2014 Vol 6, No 2 (2014): Komunitas, September 2014 Vol 6, No 2 (2014): September 2014 Vol 6, No 1 (2014): March 2014 Vol 6, No 1 (2014): Lokalitas, Relasi Kuasa dan Transformasi Sosial Vol 6, No 1 (2014): Lokalitas, Relasi Kuasa dan Transformasi Sosial Vol 5, No 2 (2013): September 2013 Vol 5, No 1 (2013): March 2013 Vol 5, No 2 (2013): Tema Edisi: Model-Model Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Karakter Bangsa Vol 5, No 2 (2013): Tema Edisi: Model-Model Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Karakter Bangsa Vol 5, No 1 (2013): Tema Edisi: Multikulturalisme dan Interaksi Sosial Vol 5, No 1 (2013): Tema Edisi: Multikulturalisme dan Interaksi Sosial Vol 4, No 2 (2012): September 2012 Vol 4, No 1 (2012): March 2012 Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas Vol 4, No 1 (2012): Tema Edisi: Kearifan Lokal Tidak Pernah Kering Vol 4, No 1 (2012): Tema Edisi: Kearifan Lokal Tidak Pernah Kering Vol 3, No 2 (2011): September 2011 Vol 3, No 1 (2011): March 2011 Vol 3, No 2 (2011): Tema Edisi: Pendidikan Karakter Perspektif Sosial Budaya Vol 3, No 2 (2011): Tema Edisi: Pendidikan Karakter Perspektif Sosial Budaya Vol 3, No 1 (2011): Tema Edisi: Tempat sebagai Aspek Kebudayaan Vol 3, No 1 (2011): Tema Edisi: Tempat sebagai Aspek Kebudayaan Vol 2, No 2 (2010): September 2010 Vol 2, No 2 (2010): Tema Edisi: Perempuan - Perempuan Marginal Vol 2, No 2 (2010): Tema Edisi: Perempuan - Perempuan Marginal More Issue